Friday, September 25, 2009

Tanpa Pilihan

Mengapa kau lari..?
jika mereka tak suka akan mimpimu mengapa kau lari?
jalani saja jangan peduli
biar mereka lihat akan seperti apa kau nanti

aku pun tak suka kau tinggalkan mimpimu demi aku
kau hanya beruntung
punya mimpi dan bisa mewujudkannya
tak layaknya aku
yang punya kesempatan
tapi tak punya mimpi

jangan kau lari
aku pun tak suka kau tinggalkan mimpimu demi aku
jangan kau marah akan keadaan
yang karena itu kita tak bisa bersama
karena aku juga tak berterima kasih akan diriku
mengapa kau rela berkorban demi aku??

--------------------------
-------------------------------

Aku membuka pintu kamarku, menuju tempat tidur, menghempaskan tubuh dan membenamkan wajahku dalam-dalam pada bantal putihku. Aku cerna kembali kata-katanya, seorang wanita yang baru saja mengajariku bagaimana seharusnya aku melangkah. Langkah yang telah mentah2 aku relakan untuk kutinggalkan hanya karena orang tua ku memintaku untuk memilih, meninggalkan dunia penyutradaraan atau gadis asli negeri China yang telah membuat mataku ikut tersenyum kala berhadapan dengannya.

Perbedaan latar belakang yang telah mempersulit harapanku untuk bisa hidup bahagia bersama dirinya. Ya, dia adalah seorang gadis yang karenanya aku bisa memegang kamera film lagi tanpa peduli akan kata-kata ayahku, yang selalu mengharapkan anak laki-laki satu-satunya ini untuk meneruskan usaha keluarga. Seorang gadis yang selalu menjadi pemeran wanita utamaku, dalam kamera ku, dalam hidupku.

Seandainya saja ia tak datang ke kehidupanku, mungkin keadaannya tidak akan sesulit ini...

--------------------------------------------------------

(keesokan paginya)

"aku tak bisa tinggal disini lagi, maafkan aku, ini bukan tempat yang tepat bagiku, terima kasih sudah menjadikan hari-hariku menyenangkan disini.
-kekasihmu yang tiada henti-hentinya-"


Kakiku lemas di atas lantai dingin apartemennya saat ku temukan selembar tisu yang dicoret tulisan tangannya itu. Tangan yang baru semalam memegang bahuku. Tangan yang kini takkan bisa ku genggam lagi. Tangan pemeran wanita utamaku, pemeran wanita utama hidupku.


-oleh Ira Indah-

cerita ini saya tulis setelah menonton film serial "Friends", Korea-Japan, 2002, dimana sebuah perbedaan selalu dianggap menjadi sebuah hambatan.