Pada tukang sapu kampusku
Bangga engkau dengan kausmu
Kaus kuning tertulis nama kampus kebanggaan negerimu
Pakai tiap hari meski lusuh
yang dengannya kau teguh
Genggam stik kayu berujung ijuk
Sekokoh mimpimu
Tanpa balas, sapaan itu tersungging
Sambut pagi ketika mahasiswa terkejar waktu
Ketika hati kami berdebar karena telat datang kelas
Ketika wajah dosen menari-nari
Dan terbayang kertas-kertas tugas di kepala
Lalu kau,
Pemuda tukang sapu,
Ringan kau menyapa
Ingin kesal tanpa alasan jelas
Tapi jadi malu ujungnya
Aku mahasiswa
Mengapa sering mengeluh?
Padahal umur kita sebaya
Kita sama-sama makan nasi,
sama-sama punya mimpi,
sama-sama berpamitan...
"Bu, aku pergi ke kampus dulu ya!"
Tak ada bedanya bukan?
Yang membedakan adalah..
Sapu membuat hatimu ringan
Sedangkan aku? mahasiswa bependidikan yang mengeluh
pada beratnya isi seonggok tas!
Tuesday, March 26, 2013
Kedai Kecil Simpang Jalan
Kedai kecil
Simpang jalan
Hari petang
Sepiring omelet membuka percakapan
Seorang pemuda dan seorang anak laki-laki penjual koran
"Bagaimana harimu?"
"Laku satu, Kak. Tidak lebih banyak dari penghasilan teman-teman saya yang mengemis...
Kakak ndak makan?"
"Kamu lebih lapar.. Eh, lihat deh bapak diseberang sana?..
Belilah semua korek apinya, lalu kemarilah.."
"Tak punya uang, Kak"
"Carilah uang, Dik"
............
"Kak, ini sudah saya beli semua. Lalu?"
Pemuda itu tersenyum
"Berapa semuanya dikali tiga kali lipat harga korek apinya? Kakak bayar! Juga koran hari ini satu, ya!"
"Terima kasih banyak Kak, tapi kenapa?"
"Sepadan bagi sebuah kerja keras tanpa meminta, Dik."
...
Simpang jalan
Hari petang
Sepiring omelet membuka percakapan
Seorang pemuda dan seorang anak laki-laki penjual koran
"Bagaimana harimu?"
"Laku satu, Kak. Tidak lebih banyak dari penghasilan teman-teman saya yang mengemis...
Kakak ndak makan?"
"Kamu lebih lapar.. Eh, lihat deh bapak diseberang sana?..
Belilah semua korek apinya, lalu kemarilah.."
"Tak punya uang, Kak"
"Carilah uang, Dik"
............
"Kak, ini sudah saya beli semua. Lalu?"
Pemuda itu tersenyum
"Berapa semuanya dikali tiga kali lipat harga korek apinya? Kakak bayar! Juga koran hari ini satu, ya!"
"Terima kasih banyak Kak, tapi kenapa?"
"Sepadan bagi sebuah kerja keras tanpa meminta, Dik."
...
- Ini akibat kuliah yang terlalu ambil serius semua hal -
A: Lupa ya cara bersenang-senang?
B : Enggak ah
A : Kok tadi serius banget sih?
B : Itu becanda tauk, gak usah diambil serius, lupa ya cara bersenang-senang?
A : ............
B : Enggak ah
A : Kok tadi serius banget sih?
B : Itu becanda tauk, gak usah diambil serius, lupa ya cara bersenang-senang?
A : ............
Teh Pukul Empat
Teh pukul empat
Yang tersuguhkan
Biar ia tiup hingga dingin
Biar tenteram dulu dipandang
Pelan-pelan ia harumi
Hingga kering uapnya
Teh pukul empat
Yang tersuguhkan
Biar ia putar-putar cangkirnya
Biar ia centang centing sendoknya
Pelan-pelan ia angkat
Hingga tersentuh panasnya
Teh pukul empat
Yang tersuguhkan
Biar ia tambahkan gula-gula
Biar ia maniskan airnya
Pelan-pelan ia cicipi
Hingga tak ada lagi tersisa
Teh pukul empat
Yang tersuguhkan
Biar ia tuangkan
Biar ia habisi isinya
Pelan-pelan ia tunggu keesokannya
Hingga tiba teh pukul empat
berikutnya....
Tentu saja teh yang sama
Dari suguhan tangan yang sama
Dengan hari ini,
Esok,
Dan Seterusnya
Teh pukul empat,
Bukan sirup manis indah aneka warna
Ia hanya air bening kecoklatan
Yang menenangkan
Ia bukan susu segar yang putih Yang disukai semua orang
Ia sederhana dalam cangkirnya Anggun setia pada pukul empat
Sore jelang senja
-Ira Indah
Yang tersuguhkan
Biar ia tiup hingga dingin
Biar tenteram dulu dipandang
Pelan-pelan ia harumi
Hingga kering uapnya
Teh pukul empat
Yang tersuguhkan
Biar ia putar-putar cangkirnya
Biar ia centang centing sendoknya
Pelan-pelan ia angkat
Hingga tersentuh panasnya
Teh pukul empat
Yang tersuguhkan
Biar ia tambahkan gula-gula
Biar ia maniskan airnya
Pelan-pelan ia cicipi
Hingga tak ada lagi tersisa
Teh pukul empat
Yang tersuguhkan
Biar ia tuangkan
Biar ia habisi isinya
Pelan-pelan ia tunggu keesokannya
Hingga tiba teh pukul empat
berikutnya....
Tentu saja teh yang sama
Dari suguhan tangan yang sama
Dengan hari ini,
Esok,
Dan Seterusnya
Teh pukul empat,
Bukan sirup manis indah aneka warna
Ia hanya air bening kecoklatan
Yang menenangkan
Ia bukan susu segar yang putih Yang disukai semua orang
Ia sederhana dalam cangkirnya Anggun setia pada pukul empat
Sore jelang senja
-Ira Indah
Siapa yang Tersisa?
Saat lo mulai terbuka & jujur, maka mereka yang tersisa adalah mereka yang benar-benar mencintai tulus.
Subjek
Subjek yang kamu ganti-ganti itu
terdengar pun parau
terlihat pun kabur
tersentuh pun tidak
tercium pun kecut
terasa pun pahit
jadi, tak usah saja subjeknya.
Kita bicara dengan predikat dan keterangan saja apa
BIAR SALAH asal tak LELAH
Bagaimana?
(Ditulis untuk pasangan baru putus-dan masih berkomunikasi-yang risih dengan sebutan aku-kamu-lo-gue ke mantan yang bisa berubah-ubah tergantung suasana hati. Sungguh menyebalkan, bukan?)
terdengar pun parau
terlihat pun kabur
tersentuh pun tidak
tercium pun kecut
terasa pun pahit
jadi, tak usah saja subjeknya.
Kita bicara dengan predikat dan keterangan saja apa
BIAR SALAH asal tak LELAH
Bagaimana?
(Ditulis untuk pasangan baru putus-dan masih berkomunikasi-yang risih dengan sebutan aku-kamu-lo-gue ke mantan yang bisa berubah-ubah tergantung suasana hati. Sungguh menyebalkan, bukan?)
Kepo atau Basa-Basi
Terlepas dari nilai rasa positif atau negatif dari sebuah makna kepo
dan basa-basi, bagi gue kepo itu budaya. Small talk-nya Indonesia.
Contoh kalau ketemu tetangga di jalan, udah biasa ditanya “Mau kemana?”. Kalau dulu pertanyaan “Mau kemana?” dijawab: “Mau ke depan. Mari!”.. Kalau sekarang masyarakatnya udah bisa jawab sesukanya: “Kepo banget sih”.
Nah kalau jawabannya udah sampai “Kepo banget sih!”, biasanya akan ditangkis lagi dgn jawaban “Sombong banget sih lu gak ngajak-ngajak.”
Jadi, kalau dulu basa basi ala Indonesia adalah atas dasar keramahan, sekarang trennya lebih ke “judgement” sih ya.
Contoh kalau ketemu tetangga di jalan, udah biasa ditanya “Mau kemana?”. Kalau dulu pertanyaan “Mau kemana?” dijawab: “Mau ke depan. Mari!”.. Kalau sekarang masyarakatnya udah bisa jawab sesukanya: “Kepo banget sih”.
Nah kalau jawabannya udah sampai “Kepo banget sih!”, biasanya akan ditangkis lagi dgn jawaban “Sombong banget sih lu gak ngajak-ngajak.”
Jadi, kalau dulu basa basi ala Indonesia adalah atas dasar keramahan, sekarang trennya lebih ke “judgement” sih ya.
Berhenti
Titik ketika alam bawah sadar memberi pesan pada kesadaran..
Lalu otak melalui syaraf-syaraf mengirim sinyal kepada panca indera untuk merasakan dan merespon tiap kejadian..
Hingga apa yg terasa mulai membentuk tindakan..
Indah memang, betapa semua yang membentuk kita kini adalah akumulasi dari pilihan2 kecil maupun besar di masa lampau.
Ya, kita berhenti pada satu titik,
titik beku, bagai es yang tidak lagi bertambah padat,
melainkan ingin retak dan menjatuhkan diri pada ruang bebas, lalu mencair..
mengalir bagai air,
pergi ke udara bebas, menikmati perjalanan,
dan mengalir hingga ke samudera..
Semoga, titik-titik air dari sebongkah es batu kesadaran ini selamat menuju Samudera
dan merasakan Semesta..
Subscribe to:
Posts (Atom)